Kurs dapat ditetapkan oleh badan pemerintah atau dibiarkan berfluktuasi (mengambang) sesuai dengan perubahan di pasar valuta. Kurs resmi, atau tetap, ditentukan oleh pemerintah dan tidak berubah seiring perubahan di dalam pasar valuta dunia. Kurs bebas, atau mengambang, adalah kurs yang mencerminkan fluktuasi harga pasar suatu valuta berdasarkan penawaran dan permintaan dan faktor lainnya dalam pasar valuta dunia.
Kurs Mengambang
Secara teori, nilai suatu valuta harus mencerminkan daya belinya di dalam pasar dunia. Sebagai contoh, kenaikan tingkat inflasi di suatu Negara mengindikasikan bahwa daya beli valutanya mengalami penurunan. Nilai mata uang negara tersebut akan jatuh terhadap mata uang asing lainnya. Istilah teknis untuk pergerakan mata uang ini disebut melemah. Suatu mata uang dikatakan jatuh, atau melemah, relatif terhadap mata uang lainnya bila diperlukan lebih banyak mata uang tersebut untuk membeli satu unit mata uang lainnya.
Surplus neraca perdagangan yang besar (nilai ekspor melebihi impor) mengindikasikan peningkatan permintaan terhadap valuta suatu negara, karena banyak penjualan ekspor yang harus dibayar dengan valuta negara eksportir. Nilai valuta negara eksportir menjadi lebih berharga, atau menguat, relatif terhadap valuta negara importir. Suatu mata uang dikatakan menguat relatif terhadap mata uang lainnya bila diperlukan lebih sedikit mata uang tersebut untuk membeli satu unit mata uang lainnya.
Defisit neraca perdagangan yang besar (nilai impor melebihi ekspor) akan menyebabkan penurunan, atau melemahkan, nilai valuta tersebut. Walaupun inflasi dan posisi perdagangan bersih (surplus atau defisit neraca perdagangan) adalah dasar dalam menentukan kurs mengambang, ada kalanya faktor-faktor lain lebih berpengaruh. Selisih tingkat suku bunga antar negara memengaruhi penawaran dan permintaan valuta suatu negara karena para investor membeli surat berharga di pasar surat berharga internasional. Perdagangan spekulasi untuk memperoleh keuntungan dari pergerakan valuta juga mempengaruhi kurs.
Untuk mengurangi defisit neraca perdagangan, pemerintah USA ada kalanya meminta negara lain (misalnya Taiwan dak Korea) untuk membiarkan veluta negara lain tersebut menguat terhadap USD. Penurunan nilai USD terhadap valuta penting lainnnya akan meningkatkan harga barang-barang luar negeri di Amerika Serikat dan menyebabkan penurunan impor dari negara tersebut. Demikian pula halnya dengan barang produksi USA dapat dijual di pasar internasional dengan menggunakan unit valuta asing yang lebih sedikit bila USD melemah terhadap valuta asing tersebut. Meskipun demikian, melemahnya USD tidak terlalu membantu untuk mengurangi permintaan konsumsi Amerika Serikat terhadap barang impor, dan perubahan kurs mungkin hanya memberikan pengaruh yang sedikit terhadap defisit neraca perdagangan. Faktor-faktor lainnya yang mungkin memengaruhi neraca perdagangan suatu negara mencakup tingkat suku bunga dan pajak.
Berikut ini adalah contoh matematis dari menguat dan melemahnya suatu valuta relatif terhadap valuta lainnya. Mula-mula, asumsikan 1 Poundsterling dapat dibeli dengan $1,50.
Bila USD melemah relatif terhadap pound, setiap pound bernilai lebih mahal terhadap dolar. Bila USD melemah 10%, setiap pound akan membutuhkan $1,65. Dalam penetapan tidak-langsung, pada awalnya $1 dapat ditukar dengan 0,6667 pound. Bila USD melemah 10%, diperlukan lebih sedikit pound untuk membeli $1, sehingga sekarang$1 dapat ditukar dengan 0,6061 pound.
Bila USD menguat relatif terhadap pound, setiap pound bernilai lebih murah terhadap USD. Bila USD menguat 10%, setiap pound akan membutuhkan $1,35. Dalam penetapan tidak-langsung, sekarang $1 dapat ditukar dengan 0,7407 pound.
Kurs Tetap dan Beragam
Bila kurs bersifat tetap, pemerintah dapat menentukan (menetapkan) beberapa kurs yang berbeda untuk jenis transaksi yang berbeda. Contohnya, pemerintah dapat menentukan kurs istimewa untuk impor (atau jenis impor tertentu) dan kurs pinalti untuk ekspor (atau jenis ekspor tertentu) untuk mencapai tujuan ekonomi suatu negara. Kurs yang demikian disebut kurs beragam.
Euro
Dua belas negara anggota Uni Eropa (Belgia, Jerman, Yunani, Spanyol, Perancis, Irlandia, Italia, Luxembourg, Belanda, Austria, Portugal, dan Finlandia) memilih untuk berpartisipasi dalam pengalihan ke mata uang tunggal untuk Eropa, yaitu Euro. Tahap akhir transisi terjadi pada Pebruari 2002, ketika euro menjadi alat tukar resmi di negara-negara tersebut, menggantikan mata uang masing-masing. Saat ini, Denmark, Swedia dan Inggris (UK) belum berpartisipasi dalam mata uang baru itu.
Euro dikelola oleh European Central Bank, terletak di Frankfrut am Main, Jerman. Peranan bank tersebut adalah mempertahankan stabilitas nilai euro dan mengatur kebijakan moneter tunggal untuk mata uang tersebut. Negara-negara yang berpartisipasi mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik melalui pengurangan biaya transaksi dan risiko kurs untuk perdagangan, investasi, dan pariwisata. Melalui kolaborasi negara-negara tersebut, euro bergabung dengan USD dan Yen Jepang sebagai salah satu mata uang dunia yang dominan.
Perusahaan Eropa maupun non-Eropa sama-sama mempersiapkan diri untuk proses transisi mata uang tersebut. Kegiatan ini termasuk mempersiapkan pembeli untuk proses itu. Contohnya, selama masa transisi, United Parcel Service di Yunani menagih para pelanggannya dalam euro dan juga menyertakan jumlah dalam mata uang lokal; setelah 31 Desember 2001, faktur pembelian dalam euro saja dan semua pembayaran dilakukan dalam euro. Ketika euro pertama kali diperkenalkan, DaimlerChrysler mengirimkan surat ke seluruh pemasoknya yang isinya mengharuskan seluruh taguhan dinyatakan dalam euro.
Masalah teknologis juga muncul. Contohnya, perusahaan seperti Xerox melihat peluang bisnis dalam kaitannya dengan transisi tersebut, termasuk kebutuhan untuk modifikasi perangkat lunak (software) untuk printer agar dapat mengenali simbol euro. Software keuangan dan pembukuan lainnya dimodifikasi agar euro dapat digunakan untuk penagihan dan pelaporan.